Friday 30 March 2012

Doa Dan Harapan !!

Ketika kita mengajukan pertanyaan, Apa yang menjadi harapan kita pada saat ini? Pasti berbagai macam jawaban yang akan kita terima. Sebagai contoh mempunyai kereta, pasangan yang cantik atau kacak, rumah mewah, sekolah di tempat yang kegemaran dan masih banyak lagi jawabannya akan kita terima. Lalu bagaimana jika kita merasakan beban hidup yang berat, banyak kesulitan, menghadapi berbagai permasalahan dan seakan tidak ada jalan keluar dari segala yang kita hadapi. Masihkah ada harapan?

Banyak sekali orang yang ketika menghadapi berbagai permasalah berkata bahwa dirinya tidak berarti dan yang selalu di lakukan hanya mengeluh dan mengeluh. Mengeluh memang siok dan tidak dilarang tetapi apakah pantas ketika ada jalan keluar dan harapan tetapi masih tetap mengeluh? Sebuah hal yang perlu kita lakukan adalah berdoa. Doa itu besar kuasanya. Akan tetapi kita sering lupa untuk berdoa dan tanpa disadari ada orang yang berdoa untuk kita.

Ketika kita mengetahui bahwa ada seseorang yang berdoa untuk kita, harapan itu akan muncul kembali, kita dipulihkan, kita dikuatkan, kita tidak sendiri kerana ada seseorang yang peduli dan terutama ada Allah yang senantiasa tidak pernah mengabaikan kita sedikitpun. Beban kita terangkat. Betapa Indah dan ajaibnya sebuah Doa.

Bahasa doa adalah bahasa positif. Ketika kita berdoa, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, kita menggunakan bahasa positif kerana kita sedang berkomunikasi dengan Tuhan. Ketika kita berbicara dengan Tuhan tidak mungkin kita menggunakan bahasa negatif. Saat kita berdoa bagi orang lain, kita memohon yang terbaik dari Tuhan untuk orang tersebut. bahasa doa adalah bahasa kerendahan hati, tidak mementingkan diri, serta tidak sombong. Bahasa doa adalah bahasa yang menguatkan, tidak mencaci maki, tidak merendahkan orang lain. Bahasa doa adalah bahasa iman, percaya bahwa dibalik semua kelemahan serta keterbatasan manusia ada kekuatan, kemurahan dan kasih Tuhan. Ingatlah, kebiasaan dalam berdoa akan membangun watak.

Marilah kita membiasakan diri menggunakan kata-kata untuk membangun harapan. Kata membiasakan diri mengandung pengertian kita mempunyai kecenderungan menggunakan kata-kata tanpa tujuan karena itu, mulailah kita membiasakan diri menggunakan kata-kata untuk kemuliaan Tuhan semata. Seperti tertulis dalam Roma 5:5 "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita".Amin

‎" BERANI BERBUAT HARUS BERANI BERTANGGUNGJAWAB "

Kita pasti pernah atau sering mendengar kata2 bijak di atas, tapi apakah kita memahami dan mengubahkannya dalam kehidupan sehari-hari ???
Setiap tindakan ada risikonya, apakah kita siap bertanggungjawab atas tindakan yang kita lakukan ???

Pada kenyataannya, kita hanya berani berbuat, namun tidak mau bahkan lari ketika diminta untuk bertanggungjawab..
Seringkali pula kita mengingkari apa yang kita lakukan, bahkan mencari pembenaran kerna kita tidak siap menanggung risiko dari tindakan kita..

Mari menjalani hari dengan senyuman, pikiran positif dan ucapan syukur..
Mari menjadi pribadi yang sebelum berbuat
mempertimbangkan risikonya terlebih dahulu, sehingga siap menanggung segala risikonya..

Seburuk apapun risiko tindakannya kita, kita harus berani bertanggungjawab..
Jangan lari, menginkari apalagi mencari pembenaran untuk menghindari tanggungjawab kita..

Pertimbangkanlah terlebih dahulu sebelum bertindak, sehingga kita siap dengan segala resikonya..
BERDOA DAN MINTALAH HIKMAT PADA TUHAN AGAR KITA DAPAT MENJADI PRIBADI YANG BERANI DAN SIAP BERTANGGUNGJAWAB ATAS SEMUA RISIKO TINDAKAN DAN KEPUTUSAN YANG KITA AMBIL..

Pagar Perubahan

2 Timotius 1:7
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Orang-orang di sekitar Anda menolak suatu perubahan, padahal situasi akan lebih baik jika perubahan itu diterapkan. Apa yang harus dilakukan?

Kemungkinan besar Anda berhadapan dengan mereka yang merasa terancam akan jadi korban dengan adanya perubahan itu. Biasanya mereka tidak punya visi dan tujuan yang jelas, karena itu mereka sulit menjadi fleksibel dan menyesuaikan diri dengan hal-hal yang tak terduga.

Sebaliknya, orang yang punya visi biasanya akan merasa sedikit terganggu dengan perubahan itu (karena tidak ada perubahan yang nyaman), tapi mereka akan melihatnya sebagai sesuatu yang wajar dan bahkan perlu demi terjadinya perbaikan kualiti.

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah berdoa seperti Nehemia. Nehemia tidak pernah berdoa agar Allah membangun kembali tembok kota Yerusalem. Sebaliknya, ia mendoakan sebuah kesempatan untuk pergi dan membangunnya sendiri. Allah menghargai niat Nehemia. Dia membantu melunakkan hati Raja Artahsasta sehingga raja mendukung visi Nehemia. Berdoalah agar Allah memberi kita hikmat dan kesempatan untuk membuka mata orang-orang yang keras hati.

Kedua, tolonglah orang-orang itu agar mereka merasa aman. Untuk itu kekuatiran mereka perlu didengar dan visi serta dampak dari perubahan perlu dijelaskan sehingga mata mereka terbuka.

Tidak ada yang mustahil jika Allah beserta Anda.

SETELAH DI PUNCAK...

Banyak orang berusaha untuk menaiki Mount Kinabalu, puncak tertinggi dari pegunungan di Malaysia, iaitu negeri Sabah dibawah bayu. Selama ini kejayaan hanya diibaratkan dengan sebuah keberhasilan mencapai dipuncak. Izinkan saya memberikan sebuah tantangan baru, menuruni gunung.

Manakah yang lebih susah, naik ke atas atau turun ke bawah? Sebagian orang akan berkata bahwa naik ke atas akan jauh lebih berat daripada turun ke bawah. Itulah sebabnya orang berlumba-lumba menjadi nombor satu. Meraih posisi dipuncak.

Bagi saya jauh lebih sukar bagi seseorang untuk mengerti apa erti turun ke bawah. Saya setuju bahwa kita harus menjadi orang yang berhasil, namun betapa sering kita menjadi lupa diri, lupa akan orang lain bahkan lupa akan Tuhan ketika kita telah berada di puncak.

Betapa seringnya kita terpaku ketika telah mencapai dipuncak hingga lupa akan orang lain kerana jarak yang terlampau tinggi telah memisahkan kita dengan mereka. Kita tidak diciptakan hanya untuk mengejar berjaya, tapi juga membagikan dampak kejayaan itu bagi orang-orang di sekeliling kita. Hal itu hanya terjadi ketika kita memiliki hati seorang hamba

Setelah Anda berada di Puncak, jangan pernah lupa memikirkan cara untuk turun ke bawah~~

Tuhan Berbicara

Seorang Manusia berbisik, “Tuhan, bicaralah padaku.”

Dan burung kutilang pun bernyanyi.
Tapi, manusia itu tidak mendengarkannya.

Maka, Manusia itu berteriak, “Tuhan, bicaralah padaku !”
Dan guntur dan petir pun mengguruh.
Tapi, Manusia itu tidak mendengarkannya.

Manusia itu melihat sekelilingnya dan berkata,
“Tuhan, biarkan aku melihat Engkau.”
Dan bintang pun bersinar terang.
Tapi, Manusia itu tidak melihatnya.

Dan, Manusia berteriak lagi, “Tuhan, tunjukkan aku keajaiban!” Mu”
Dan seorang bayi pun lahirlah.
Tapi, manusia itu tidak menyadarinya.

Maka, ia berseru lagi dalam keputus-asaannya, “Jamahlah aku, Tuhan!”
Dan segera, Tuhan pun turun dan menjamahnya.
Tapi, manusia itu malah mengusir kupu-kupu tersebut dan terus berjalan.

Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan pada kita bahwa Tuhan selalu hadir di sekitar kita dalam bentuk sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era elektronik ini …
karenanya saya ingin menambahkan satu lagi:

Manusia itu berseru, “Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu!”
Dan datanglah e-mail dengan berita-berita baik dan menguatkan.
Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh-kesah….

Berita baik itu adalah bahwa anda masih dicintai orang lain!

Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah, hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita.

(SAAT MEMBERI SAAT MENERIMA)

Saat engkau meneguhkan hati sahabatmu yang berada dalam ketakutan, sebenarnya engkau pun sedang menerima ketakutannya. Saat ketakutannya engkau terima, saat itulah juga, engkau mengganti ketakutannya dengan keberanianmu.

Saat isterimu mengandung anakmu, isterimu memberi makan janin itu lewat tali pusar dalam rahimnya; selama dalam kandungannya itulah, sebagai suami isteri, kalian sebenarnya menerima seorang manusia yang sudah pasrah total untuk diperlakukan apapun juga: mau serius dicintai, dirawat ataupun tidak! Itulah caranya seorang bayi dalam kandungan ibunya mencintai ibu dan ayahnya, bukan dengan memberi tapi menerima apapun perlakuan orang tuanya.

Saat engkau memberikan uang belanja kepada isterimu, saat itu jugalah engkau sebenarnya menerima kerendahan hati isterimu untuk diberi nafkah hidup.

Saat engkau merawat suami, isteri dan anak-anakmu yang sedang sakit, saat itulah juga engkau belajar menerima keterbatasan kesehatan mereka, sehingga engkaupun belajar kerepotan agar hidup tetap berlangsung.

Saat engkau marah kepada anak-anakmu, saat itu juga engkau menerima telinga anak-anakmu untuk mendengarkan kata-katamu dengan penuh kesabaran, walaupun menyakitkan sekalipun.

Saat engkau marah kepada pasangan hidupmu, dan karena itu dia diam, saat itu jugalah engkau menerima kesediaannya menerima kata-kata kasar, mungkin pedas, dan menyakitkan, sampai pasanganmu tidak sanggup untuk membalasnya.

Saat engkau dendam kepada orang serumah, sampai engkau tidak mau berbicara dengan mereka; saat-saat itulah engkau sebenarnya menerima kegelisahan mereka karena merasa tidak lagi dipercaya!

Saat engkau mengampuni pasangan hidupmu dan anak-anakmu setelah konflik akibat berbagai macam masalah, saat itu jugalah engkau menerima kegembiraan mereka karena masih dipercaya walaupun telah berbuat salah!

Saat engkau percaya pada saudaramu, bahkan menaruh harapan bahwa saudaramu dapat berkembang meski dia itu rapuh; saat itulah sebenarnya engkau menerima kerapuhannya menjadi milikmu, dan engkau memberikan harapanmu sehingga berkobar dalam hatinya!

Saat engkau memberi harapan kepada saudaramu, saat itu jugalah engkau melepaskan kacamata hitammu yang lama dan engkau mengganti dengan "kacamata baru" dari saudaramu. Saat itu jugalah engkau mengawali usaha untuk mengampuninya.

Saat Tuhan mengampunimu, saat itu jugalah engkau menerima kehendak bebas dari-Nya agar engkau merasa sungguh dipercaya untuk menentukan keputusanmu demi kepentingan- Nya, yakni kepentingan untuk mengasihi sesama seperti Ia mengasihi.

Saat engkau diampuni oleh Tuhan, saat itu pulalah dengan tulus, Tuhan menerima akibat dosa kita, agar hati kita ditukar dengan hati-Nya. Karena itu semoga hati kita tidak hanya menjadi seperti Hati Kristus yang mahakudus, melainkan akan "menjadi hati-Nya"!

Saat Kristus menjadi "jantung hati"-mu, saat itu jugalah Kristus menempatkan dirimu pada "Jantung Hati-Nya"