Thursday 26 July 2012

ANDA DIPANGGIL UNTUK MEMILIH DESTINASI ANDA..

YEREMIA 1 : 4 - 5
1:4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:
1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”

MAZMUR 139 : 16 — “ mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.”

Seperti Yeremia dan Daud yang telah dipanggil sebelum masuk ke rahim ibu mereka, begitu juga setiap kita yang dilahirkan. Namun demikian, berdasarkan kehendak bebas, Allah mengijinkan setiap orang memilih untuk hidup di dalam panggilan itu atau tidak. Ia berkata tentang diri-Nya : “ Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” MATIUS 22 : 14

Pilihan itu datang dari keputusan-keputusan yang kita ambil, entah saat kita mampu atau tidak untuk tetap berdiam di dalam kepenuhan kemuliaan-Nya. Ia takkan menaruh pada kita hal-hal yang tidak dapat kita tanggung, sebab hal itu dapat menghancurkan kita. Destinasi memanggil setiap kita, dan ia melakukan kehendak bebas kita yang menentukan hasil dari panggilan itu. Saat hati kita terus-menerus merespon suara Pencipta kita, “Aku memilihmu !!! Di atas segala-galanya, Aku memilihmu !!!,” kita menuntun perjalanan kita menuju destinasi kita.

I. Destinasi Kita Bukanlah Produk Akhir, Melainkan Sebuah Perjalanan Menuju Akhir Itu.

Ialah asal mula kita dan Ia jugalah destiny kita. Kita ada di dalam-Nya sebelum dunia diciptakan dan kita kembali diam di samping-Nya, dan bahkan kita berdiam, saat kita turut mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya dengan menerima kebaikan dari curahan Darah-Nya.

Perjalanan menuju destinasi kita adalah seperti kita “berlari dalam pertandingan” yang memainkan hari-hari yang tertulis di dalam kitab-Nya bagi setiap kita. Perjalanan ini terjadi satu hari di setiap waktu, satu keputusan di suatu saat untuk memilih-Nya di atas segala-galanya. Di dalam menjalani hidup kita, mengarahkan mata kita kepada-Nya dan, sekali kita, secara sadar membuat keputusan untuk “memilih-Nya,” kita mendapati diri kita berada di tengah-tengah destinasi kita, yang hanya kita dapati di dalam-Nya.

KISAH PARA RASUL 17 : 26 - 28
17:26 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,
17:27 supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.
17:28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.

Dalam memikiran berat, kita menetapkan destinasi kita untuk menjadi sebuah tujuan melalui barang, pekerjaan atau gelar yang kita raih. Ini adalah bentuk yang ingin kita ciptakan bagi diri kita sendiri, posisi yang kita raih seperti penyanyi, pendeta, ataupun bankir. Saya tidak yakin hanya ini yang ada di fikiran Allah. Bagi kebanyakan kita, hal ini mungkin saja menjadi alasan bahwa destinasi kita tampak mengelak dari kita saat tahun-tahun berlalu dari harapan kita menuju apa yang kita anggap sebagai destinasi kita. Kita berusaha membentuk suatu bentuk dimana kita akan berfungsi. Pertama bentuk, dan fungsi akan muncul sebagai hasil dari alasan yang selama ini memikat budaya kita.

Destinasi sejati kita tersembunyi di dalam fungsi “menghidupi” hari-hari yang dibentuk-Nya bagi kita, bukan gelar ataupun deskripsi kerja. Bukan tentang menjadi seorang nabi, tapi lebih sebagai permulaan belajar bagaimana mendengar suara-Nya dan bernubuat di dalam kasih Bapa. Di dalam fungsi sebagai nabi kita benar-benar mendapati destinasi kita, yaitu untuk menjadi serupa dengan-Nya. Hal ini berlaku bagi setiap pekerjaan dan/ gelar pelayanan yang anda jalani. Meski kita semua memiliki hari-hari yang berbeda yang tertulis bagi kita di dalam kitab-Nya, tetap semuanya adalah permulaan untuk menjadi serupa dengan-Nya, menjadi satu dengan-Nya.

Destinasi kita bukanlah produk akhir melainkan “perjalanan” menuju akhir itu, hari-hari yang kita jalani seperti yang tertulis di dalam kitab-Nya. Hidup kita di dalam-Nya hari demi hari adalah destinasi sejati kita untuk semakin menjadi seperti-Nya; bentuk yang kita ambil saat menjadi, misalnya, seorang guru, penginjil, dll. Saya risau kita kehilangan sukacita perjalanan itu sebab kita menanti untuk meraih suatu posisi, nama atau apapun. Itulah hari-hari yang kita jalani hingga saat ini dengan semua kesalahan, kegagalan, dan bahkan kesuksesan yang membentuk destinasi kita.

II. Destinasi adalah Suatu Kata Kerja – Destinai adalah Seseorang

Saya percaya kita salah mengartikan destinasi sebagai kata benda, ketika, di dalam Allah, ini sebenarnya lebih merupakan suatu kata kerja ketimbang kata benda. Tanpa memperhatikan pekerjaan, proses adalah hal yang sama. Fungsi panggilan kita dan proses yang membawa kita menuju kedewasaan adalah destinasi sejati kita di dalam Allah.

Destinasi adalah bagaimana kita membuat pilihan-pilihan di hari-hari kekecewaan, sakit hati dan dikhianati yang membawa kita menuju kasih dan kesatuan bersama Allah. Kita dapat memilih untuk mengasihani diri kita, atau mengeluh atas keadaan kita dan lamanya kita berada di sana, atau sesuatu yang tampak buruk, yang sebenarnya menjauhkan kita dari arah yang salah. Pilihan kita yang lain adalah menatap mata-Nya dan berkata, “Aku memilih-Mu !!! Apapun yang terjadi dan tak peduli berapa lama aku menanggungnya, di atas segala-galanya, aku memilih-Mu !!!”

Destinasi juga terkait bagaimana kita menangani promosi, perkenanan, dan kemakmuran. Intinya bukanlah bagaimana kita menerima hal-hal tersebut, tetapi bagaimana kita memerintah dan berkuasa pada posisi itu.

Apakah kita mengambil keuntungan bagi diri kita atau kita memakainya untuk mencurahkannya bagi orang lain?

Apakah kita memakai perkenanan kita untuk memperkuat dan mengangkat orang lain ke dalam panggilan mereka, bahkan di atas diri kita? di tengah semua keuntungan yang kita terima, masih terdapat sebuah seruan automatik dari dalam diri kita, “Tuhan, aku memilih-Mu !!! Engkaulah bagianku, Engkaulah destinasiku !!!”

Kidung Agung berkata : KIDUNG AGUNG 8 : 6 - 7
8:6 -- Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!
8:7 Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.

III. DIALAH DESTINASI KITA !!!

Pertanyaan yang diajukan saat kita meninggalkan dunia ini lebih seperti, “Apakah kita menjadi seperti-Nya ?”

“Apakah kita belajar untuk mengasihi ?”

“Apakah kita mati setiap hari agar bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalamku ?”

Destinasi sejati kita ada di DALAMNYA, untuk menjadi seperti-Nya, apapun panggilan kita. DIA-lah Destinasi kita !!!

EFESUS 1 : 10 - 11
1:10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.
1:11 Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.

Saat mendekati “kegenapan waktu” ini, ada orang-orang yang berkumpul menurut pengertian ini.

Kitalah orang yang mengasihi seperti Ia mengasihi, dan selanjutnya menjadi kasih yang berjalan dan bersedia mengorbankan hidup kita bagi orang lain !!!

Inilah destinasi kita di zaman ini !!!

Apapun bentuk hidup yang kita jalani, ialah untuk memiliki hidup yang tidak memikirkan diri sendiri saat kita menjadi satu di dalam keserupaan dengan-Nya !!!

Hal inilah yang akan menarik hadirat-Nya !!!

“Dan Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya.” – ZAKARIA 2 : 5

No comments:

Post a Comment